Dunia game indie terus menunjukkan taringnya lewat inovasi dan ide-ide segar yang tak jarang membuat game AAA terlihat konservatif. Salah satu contoh terbaru yang sedang ramai diperbincangkan adalah Anoxia Station, sebuah game horor sci-fi bertema bertahan hidup di luar angkasa yang menawarkan pengalaman mendalam dan menegangkan dalam suasana sunyi yang menghantui.
Dikembangkan oleh tim kecil namun ambisius, Anoxia Station adalah game yang tidak hanya menawarkan jumpscare atau aksi tembak-menembak seperti horor luar angkasa pada umumnya, tapi lebih condong pada pendekatan atmosferik dan psikologis. Bayangkan kombinasi antara Alien: Isolation, System Shock, dan SOMA, namun dengan identitas unik yang lebih dekat pada kenyataan sains dan kelamnya psikologi manusia di ambang kematian.
Premis: Di Mana Tak Ada Oksigen, Tak Ada Tempat untuk Sembunyi
Anoxia Station membawa pemain ke sebuah stasiun luar angkasa bernama Anoxia, yang mengorbit planet asing yang belum dinamai. Dalam dunia game ini, stasiun itu sebelumnya digunakan untuk eksperimen dan riset luar angkasa tingkat tinggi oleh sebuah korporasi besar bernama NOVA Industries. Namun, komunikasi dengan stasiun tiba-tiba hilang tanpa jejak.
Pemain mengambil peran sebagai teknisi darurat yang dikirim sendirian untuk memulihkan sistem stasiun dan menemukan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, sesampainya di sana, semuanya salah. Tidak ada sinyal kehidupan, sistem oksigen tidak aktif, dan yang lebih buruk—ada sesuatu yang bersembunyi di balik dinding dan kegelapan.
Atmosfer dan Desain Dunia yang Menghantui
Sejak menit pertama, Anoxia Station menegaskan bahwa ini adalah game yang mengandalkan atmosfer. Seluruh stasiun didesain dengan gaya retro-futuristik ala tahun 70–an, mirip dengan gaya desain dalam film Alien pertama. Layar CRT, tombol-tombol fisik, dan lampu merah darurat menjadi pemandangan sehari-hari.
Sound design adalah kekuatan utama. Dentuman langkah kaki di lorong kosong, suara sirkulasi udara yang tersendat, hingga suara napas karakter utama di dalam helm menciptakan rasa tegang yang terus menerus. Tidak ada musik pengiring konvensional, hanya alunan ambient yang terkadang naik drastis saat ancaman mendekat.
Penerangan menjadi elemen gameplay penting. Hampir seluruh stasiun berada dalam kondisi gelap total. Pemain hanya dibekali lampu helm, senter genggam, dan beberapa alat bantu pencahayaan yang sangat terbatas. Lampu bisa habis baterai, dan itu berarti satu hal: kamu harus berjalan dalam gelap.
Sistem Oksigen: Mekanik Survival yang Inovatif
Sesuai judulnya, “Anoxia” berarti ketiadaan oksigen. Di game ini, oksigen adalah sumber daya terpenting. Helm karakter utama memiliki indikator O2 yang terus menurun. Beberapa bagian stasiun tidak memiliki tekanan udara, sehingga kamu harus menavigasi zona itu dengan cepat atau menemukan stasiun pengisian ulang. Salah langkah, kamu bisa mati kehabisan napas.
Menariknya, sistem ini tidak hanya sekadar menghitung waktu bertahan hidup, tapi juga digunakan dalam eksplorasi dan puzzle. Untuk masuk ke ruang server, kamu mungkin harus memutus suplai oksigen ke ruang lain dan mengatur ulang sistem ventilasi. Namun, itu juga berarti kamu harus berani mengambil risiko untuk memasuki ruangan yang kini kosong udara, dalam waktu yang sangat terbatas.
Musuh yang Tak Terlihat, Tapi Selalu Mengancam
Berbeda dengan game horor lain yang langsung memperlihatkan monster atau musuh sejak awal, Anoxia Station lebih memilih pendekatan slow burn horror. Kamu akan berjalan selama satu jam atau lebih tanpa melihat satu pun bentuk kehidupan, namun tekanan psikologisnya tidak pernah surut.
Saat ancaman muncul, ia tidak datang dalam bentuk musuh biasa. Entitas yang ada di stasiun ini seakan tidak terikat pada bentuk fisik. Kadang berupa gangguan sistem (seperti layar glitch mendadak), suara yang tidak bisa dijelaskan, atau bayangan cepat yang muncul di tepi penglihatanmu.
Ada teori dalam game bahwa entitas ini adalah hasil dari eksperimen kuantum NOVA Industries yang membuka celah dimensi. Apakah itu alien, entitas supranatural, atau proyeksi dari pikiran manusia yang stres berat—semua itu terserah pada interpretasi pemain.
Gameplay: Eksplorasi, Puzzle, dan Keputusan Sulit
Gameplay di Anoxia Station berfokus pada tiga pilar utama: eksplorasi, pemecahan teka-teki, dan manajemen sumber daya.
Setiap zona stasiun memiliki layout kompleks, dengan ruangan terkunci, sistem ventilasi yang bisa diakses, dan jalur alternatif yang berisiko. Puzzle yang ditawarkan tidak hanya soal logika komputer, tetapi juga soal etika dan pilihan. Contohnya, kamu bisa mengaktifkan reaktor cadangan, tetapi itu akan membakar seluruh bagian habitat yang mungkin masih memiliki penyintas.
Selain itu, kamu akan menemukan log suara, email lama, dan video rekaman yang perlahan membuka cerita dan misteri di balik stasiun ini. Sama seperti System Shock atau Dead Space, narasi lingkungan di Anoxia Station sangat kuat.
Tidak ada sistem pertarungan konvensional. Karakter utama hanya memiliki alat pertahanan darurat seperti flare, EMP, atau pengalih perhatian. Jika kamu tertangkap oleh entitas misterius, itu hampir selalu berarti game over.
Cerita Non-Linear dan Ending Berganda
Anoxia Station tidak memaksakan satu jalan cerita. Pemain bebas memilih jalur yang ingin dijelajahi, karakter yang ingin dipercaya, dan keputusan besar yang akan membentuk akhir permainan. Ada setidaknya empat ending utama yang bisa kamu buka, masing-masing memiliki filosofi dan dampak berbeda.
Ending yang kamu dapat bisa mencerminkan sifat karaktermu: apakah kamu memilih menyelamatkan data eksperimen demi kemajuan umat manusia, atau memusnahkannya demi menyelamatkan dunia dari ancaman dimensi lain?
Visual dan Performa yang Konsisten
Dari sisi grafis, Anoxia Station bukanlah game yang mengejar ultra-realistis, tetapi mengandalkan estetika desain yang solid. Pencahayaan, shader, dan desain interior terasa sangat konsisten, membangun atmosfer yang mengganggu namun menarik.
Game ini dikembangkan dengan Unreal Engine 5, dan performanya sangat stabil di PC dan konsol. Loading cepat, efek pencahayaan volumetrik berjalan lancar, dan kontrol terasa responsif. Bahkan pada spek menengah, game tetap bisa memberikan pengalaman imersif.
Antusiasme Komunitas dan Potensi Klasik Kultus
Sejak versi demonya dirilis di Steam, Anoxia Station langsung mencuri perhatian banyak streamer dan media gaming. Banyak yang memuji desain atmosfer, pendekatan horor yang elegan, serta bagaimana game ini membangun rasa takut bukan dari “apa yang kamu lihat”, tapi “apa yang kamu bayangkan”.
Beberapa menyebutnya sebagai spiritual successor dari SOMA dan Amnesia, tapi dengan jantung sci-fi yang lebih matang. Komunitas mulai membuat teori, membedah log audio, dan bahkan mencoba menghubungkan elemen cerita dengan peristiwa sejarah nyata.
Jika developer mampu menjaga kualitas hingga versi penuh, Anoxia Station bisa menjadi game indie horor yang dikenang bertahun-tahun ke depan.
Kesimpulan: Napas Terakhir di Stasiun Kematian
Anoxia Station bukan hanya game horor luar angkasa biasa. Ini adalah pengalaman survival atmosferik yang menempatkan pemain dalam situasi psikologis berat, di tempat yang tak memberikan ampun. Dengan desain dunia yang solid, mekanik oksigen yang menegangkan, dan misteri yang menggantung sampai akhir, game ini berhasil menghadirkan nuansa horor ilmiah dengan cara yang dewasa dan memikat.
Bagi kamu yang menyukai game dengan atmosfer pekat, cerita multi-layered, dan ketegangan yang perlahan mencekik, Anoxia Station wajib masuk dalam daftar permainanmu tahun ini.